Selama hubungan saya dan Aul, kami sejak awal commit untuk serius sampai ke pernikahan dan seterusnya. Memasuki beberapa bulan pertama hubungan kami, kami sempet ngomongin tentang mulai menabung untuk pernikahan kami, untuk acara pernikahannya itu sendiri dan untuk kehidupan setelahnya. Tapi, sebenernya obrolan tentang itupun ngga pernah dalam kondisi yang serius banget, atau diniatin. Saya sih tipe orang yang percaya aja sama pasangan, dan walaupun pembicaraan tentang nabung cuma sekedarnya, saya percaya Aul bakal melakukan apa yang udah dia janjiin. Saya pun ngga pernah nanya, "kapan mau mulai nabung?" atau "mau nabung berapa?". Pembicaraan kami bener-bener cuma tentang: kami harus nabung bareng untuk pernikahan kami nanti.
Beberapa minggu kemudian, saya masih inget tiba-tiba habis makan siang bareng, Aul ngajak saya ke ATM di 7Eleven deket kantor kami dulu. Saya kira dia cuma ambil uang aja kayak biasa. Ternyata, dia minta nomer rekening saya. Kebetulan saya punya satu rekening selain rekening gaji yang udah saya punya sejak kuliah. Di lokasi ATM yang (untungnya lagi) sepi itupun, kami baru bener-bener ngobrol secara kilat lagi tentang nabung untuk nikah. Di saat itu juga kami memutuskan untuk jadiin rekening sekunder saya itu sebagai rekening tabungan pernikahan kami. Jumlah yang ditabung per bulan berapa, ataupun frekuensi menabung kapan aja ngga kami omongin disitu (dan sampai saat ini pun kami ngga punya jadwal nabung atau target jumlah yang kami tabung). Ya pokoknya nabung. Aul pun saat itu langsung mentransfer sejumlah uang ke rekening saya. Sejak itu sampai sekarang, kami randomly nabung di rekening saya itu sampai akhirnya Alhamdulillah terkumpul cukup banyak.
On that note, saya cuma berbagi hal-hal apa aja yang perlu dipertimbangkan bagi temen-temen dan pasangan yang lagi mencoba merencanakan bikin tabungan atau nabung untuk kebutuhan pernikahan.
1. Marriage as a mutual decision
Maksud saya disini, pastiin bahwa kamu dan pasangan kamu memang berencana untuk membawa hubungan kalian ke jenjang pernikahan. Jangan sampai ini hanya keinginan salah satu pihak aja. Mungkin kedengerannya cheesy banget. Tapi inget loh, yang namanya uang, sifatnya sensitif. Jangan sampai ada satu pihak yang terpaksa karena ngga enak nolak keinginan pasangannya. Bisa berbagai alasan, misalnya mungkin salah satu pihak belum yakin bakalan mau membawa hubungan ke pernikahan, atau mungkin hanya sekedar merasa dengan nabung bareng itu mereka malah terbebani karena harus komitmen menyisihkan sejumlah uang yang mungkin sebenernya mereka butuhin untuk keperluan sendiri. Nah alasan kedua yang membawa kita ke poin selanjutnya.
2. Jumlah dan frekuensi menabung
Kalau versi saya dan Aul, kami memang ngga pernah ngerasa perlu nentuin jumlah dan waktu nabung. Kapanpun Aul bisa nabung, dia akan nabung. Begitu juga saya, kapanpun saya bisa nabung, saya akan nabung. Tapi mungkin ada beberapa temen-temen dan pasangan yang memilih untuk nentuin jumlah dan waktu nabung dari awal. Misalnya, kalian sepakat tiap dua bulan sekali masing-masing nyisihin 500ribu untuk ditabung, atau setiap terkumpul 500ribu untuk ditabung baru nabung, atau tiap dua bulan sekali nabung berapapun jumlahnya. Semua tergantung kesepatakan berdua, dan pastiin jangan sampai ada yang terpaksa. Kan ini semua untuk nikah. Jangan sampai momen yang seharusnya jadi momen bahagia jadi rusak karena dalam prosesnya, salah satu pihak ngerasa ngga nyaman.
3. Saving account
Kalau saya dan Aul memilih untuk memakai rekening saya, banyak juga pasangan yang memilih untuk buka joint account atas nama sendiri dan pasangan. Kami sih ngga mau ribet, toh kebetulan punya rekening tabungan yang ngga pernah dikutak-katik. Kembali lagi, mau seperti apapun, harus kesepakatan bersama.
4. Dinamika dalam rekening tabungan
Maintenance rekening tabungan juga harus dibicarakan berdua. Misalnya, salah satu dari kalian butuh uang sampai harus ambil dari rekening tabungan nikah, salah satu akan keberatan ngga? Kalau kami, walaupun tabungan itu untuk kebutuhan kami bersama, tapi kami tetep bersikap logis dan kami masing-masing sadar uang yang ditransfer adalah uang pribadi. Kalau saya atau Aul butuh sesuatu dan harus withdraw sejumlah uang dari tabungan itu, kami ngga pernah saling keberatan. Toh kami memang belum nikah. Kalau sudah nikah nanti, lain ceritanya karena kebetulan kami berdua punya prinsip setelah nikah nanti rezeki dari manapun adalah rezeki bersama yang akan dimanfaatin untuk kehidupan kami berdua dan anak-anak kami nanti. Nah, kalau kamu dan pasangan kamu merasa ya namanya udah nabung jangan diutak-atik, ya jangan diutak-atik. Sekali lagi, yang penting sepakat.
5. Terbuka
Walaupun kami ngga pernah keberatan kalau salah satu ambil uang dari tabungan itu untuk keperluan pribadi, kami tetep saling mengingatkan kalau misalnya salah satu dari kami dirasa terlalu "boros" di saat itu. Untungnya kami selalu saling terbuka masalah uang yang diambil mau dipakai buat apa, dan kami saling terbuka kalau salah satu dari kami ikut ngasih pertimbangan apakah uang yang mau dibelanjakan itu emang sifatnya untuk hal penting atau kurang penting. Toh pada akhirnya uang yang ditabung kan tujuannya untuk dinikmati bersama. Penting banget bagi setiap pasangan untuk bisa terbuka ngungkapin pendapatnya. Lebih penting lagi untuk terbuka tentang kebutuhan masing-masing. Kalau kami, saking terbukanya, bahkan kadang kalau Aul tau saya lagi butuh sesuatu, dia pasti nawarin "mau ambil uang dari tabungan nikah ngga? kalo kurang, kamu ambil dari situ aja." Begitu juga sebaliknya. Terbuka itu enak ngga enak tapi hasil akhirnya pasti baik.
Mungkin segitu aja kali ya, opini/saran/tips dari saya tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan bersama bagi temen-temen dan pasangan masing-masing yang lagi merencanakan pernikahan. Kunci utamanya sih bersikap fair aja. Jangan jadiin nabung itu beban dan jangan sampai subjek uang jadi masalah di hubungan kita. Kalau emang kita sayang pasangan kita unconditionally, pasti semua terasa ringan, apalagi kalau kedua belah pihak sepakat sepanjang perjalanan menabung itu.
Semoga yang saya tulis di sini bisa membantu temen-temen ya. Saya bukan ahli atau gimana, cuma berbagi berdasarkan pengalaman aja. Saya ngga akan pernah nulis hal yang ngga saya tahu atau alamin sendiri, atau menyaksikan sendiri.
See y'all soon!