Monday, 23 March 2015

Duta Graphia Printing for Our Wedding Invitations

Setelah gedung, catering, dekorasi sampai perias, sekarang saatnya ngebahas tentang vendor percetakan undangan pernikahan kami. Sesuai hasil obrolan sama temen-temen dan saudara-saudara, saya dan Aul pun meluncur ke Pasar Tebet pas anniversary kami yang ketiga. Dan sesuai perkiraan, pilihannya buanyaaak banget. Tapi menurut kami sebenernya kalau kita udah punya konsep mau undangan yang kayak apa dan berapa budget yang mampu kita alokasiin, ngga susah sih milihnya. Walaupun mungkin emang dasarnya kami berdua itu speedy-shopper yang ngga pernah alias ngga mau menghabiskan waktu lama-lama kalau memilih/belanja apapun hehehe

Setelah muter-muter ke hampir semua tempat di Pasar Tebet, kami pun bisa lihat kalau harga standardnya belum terlalu berubah dari yang kami denger sebelumnya dari temen dan keluarga. Kisaran harganya paling murah Rp 4.000,- dan paling mahal bisa Rp 12.000,- atau bahkan lebih. Yang murah itu biasanya hanya sablon, ngga ada cetakan timbul alias emboss, dan biasanya bahan kertasnya juga beda. Semakin besar ukurannya dan semakin rumit desainnya, pasti harga juga akan lebih mahal. Bahan kertas juga pastinya berpengaruh ke harga. Apalagi ada salah satu contoh undangan yang kami lihat harganya lumayan mahal (hampir Rp 20.000,-) karena cover-nya full beludru. Yang paling utama, jumlah pesanan undangan menentukan banget harga satuannya :)

Habis muter-muter sampe dua kali, kami pun memutuskan untuk balik ke toko pertama yang kami datengin: 

Duta Graphia Printing - Pasar Tebet
Pasar Tebet Barat Blok BCT 
Jalan Tebet Barat Dalam Raya 
Tebet - Jakarta Timur

Kenapa kami ke sana? Pertama, belum nawar udah dikasih harga yang standard, dibanding ke tempat lain yang contohnya biasa-biasa aja tapi matok harga yang lebih tinggi. Kedua, di sana kami nemu contoh-contoh yang lebih sesuai selera kami dibanding toko lainnya. Ketiga (dan ini baru kami sadarin pas udah mau pulang), percetakan si Duta Graphia ini yang paling besar dan banyak di Pasar Tebet, jadi secara awam kami nyimpulin sendiri kalau Duta Graphia ini hopefully terpercaya karena banyak yang pakai jasa mereka. 

Oh iya, di kali pertama kami dateng ke sana, kami ngga langsung pesen. Tapi emang setelah muterin Pasar, kami udah sreg sama Duta Graphia. Dan satu lagi, mungkin temen-temen udah ada yang tau juga kalau sekarang ini jasa pembuatan undangan itu ngga ngebolehin calon konsumen untuk bawa pulang contoh. Kebetulan pertama ke sana, kami langsung ketemu sama co-ownernya yang namanya Pak Jamhuri (maybe that's why we can get a good offer 'cause after all he's the decision maker regarding the price). Bahkan di dalam toko ada tulisan dilarang memfoto contoh-contoh undangan di sini. Tapi, karena kami bandel, pas si bapak owner ini "meleng" dikit, langsung deh foto-foto. Ini dia contoh-contoh yang kami taksir. 

Simple design, bahan jasmine (standar bahan kertas undangan), warna natural, kalau pesen banyak bisa dapet harga satuan Rp 6.000,-
Versi lain yang simple juga, bahan sama, bagian cover-nya full emboss dan bagian namanya selain warna emas juga dicetak emboss. Kalau yang ini pesen banyak bisa dapet harga satuan Rp 6.500,-
Banyak banget sebenernya pilihan undangan di sini, tapi kami ngga bisa foto lama-lama takut keburu si bapaknya balik hehehe. Oh iya, kita juga bakal otomatis dapet kartu ucapan kecil-kecil untuk dipasang di suvenir nantinya sebanyak jumlah pesanan undangan. Gratisss! 

Setelah mikir-mikir, dua minggu lalu akhirnya kami janjian sama pihak Duta Graphia untuk mulai pesen. Waktu itu kami hubungin co-ownernya yang namanya Bu Hindi. Dan karena di pasar udah terlalu penuh dan kurang nyaman kalau ngobrol banyak, kami diminta dateng langsung ke display yang ada di rumah pribadi mereka di deket pasar. Deket banget, tinggal jalan kaki :) 

Alamat display yang di rumahnya: 

Duta Graphia Printing 
Jalan Tebet Barat Dalam VI A No. 18 
Tebet Barat
Jakarta Selatan 12810

Patokannya masuk dari gang di samping toko Dewa-Dewi. Jalannya verboden mobil masuk, tapi bisa parkir di deket gang-nya. Walaupun kami pertama kali dateng main masukin mobil aja ke gang situ hehehe

Kayak begini suasana display di rumah nya. 






Pilihannya banyak kan? Kebetulan waktu itu desain yang kami mau waktu pertama dateng ke tempatnya yang di pasar pas ngga ada di rumahnya. Jadilah Bu Hindi nelfon orang buat bawain ke rumahnya hehehe. Deket buanget untungnya. 

Di hari itu juga kami langsung tentuin desain dan kasih template nama lengkap, nama orang tua, alamat dan waktu akad plus resepsi, alamat rumah keluarga saya dan Aul. Berdasarkan jumlah pesanan dan desain pilihan kami, kami dikenakan biaya Rp 6.000,- per cetakan undangan. Dan seperti yang udah saya ceritain, kami otomatis dapet kartu ucapan terima kasih sebanyak jumlah undangan for free

Mereka butuh 2 hari untuk buat template-nya. Jadi, 2 hari kemudian kami dateng lagi untuk ngecek dan approve template yang dibuat sama Bu Hindi. Overall udah ok semua, kecuali kesalahan kecil which was: Aul ditulis putra kelima dan langsung kami koreksi karena yang bener itu putra kedua. Lah wong cuma tiga bersaudara, itu lima dari mana? ---' Setelah dibenerin dan cek-cek ulang, hari itu kami langsung deal, Aul langsung bayar DP sekitar 50% dari total biaya. Waktu itu denah masih on progress dan baru besoknya saya di WhatsApp sama Bu Hindi gambar denahnya dan setelah kami approve, pesanan kami akhirnya naik cetak. Perkiraan selesai sebulan. Mudah-mudahan selesai sesuai waktu yang dijanjiin ya. Aammiin

Sampai sini dulu ya cerita seputar progress persiapan pernikahan Aul-Sita. I will surely share any progress with all of you :)

See you soon

PS: Yang mau tanya-tanya tentang Duta Graphia Printing bisa hubungi langsung ke Ibu Hindi di nomor: 0813 - 8948 4878

Monday, 9 March 2015

Sanggar Rias Putri by Ibu Putri Joesman

Perias pengantin, atau bahasa kerennya make-up artist adalah satu bagian dari acara pernikahan yang paling penting. Persiapannya juga kalau bisa dari jauh-jauh hari. Kalau di post saya sebelumnya saya cerita kalau Puspita Sawargi punya beberapa rekanan perias juga, daftarnya bisa dilihat di sini. 


Dari semua rekanan itu, kami pilih Ibu Putri Joesman, pemilik Sanggar Rias Putri. Lagi-lagi karena pengalaman orang terdekat, termasuk kakaknya Aul sendiri. Hasilnya bagus-bagus, cantik-cantik, kece-kece :) Selain itu, pilihannya banyak banget. Mau warna apa aja ada. Ngga heran, karena Bu Putri ini udah lebih dari 30 tahun merias. Bahkan ibu kandung dari Bu Putri sendiri adalah make-up artist. Bener-bener talent runs in the family :) 

Sanggar rias ini lokasinya di rumah Bu Putri sendiri. Beliau ini aslinya dari Bali, tapi nikah sama orang Jawa. Usianya udah 70 tahun lebih, tapi overall masih seger. Pas ketemu aja ngga bakalan nyangka usia Beliau segitu. Tapi, akhir-akhir ini Beliau agak sering capek karena beberapa tahun lalu pernah jatuh pas ngerias pengantin di salah satu gedung di Jakarta. Waktu pertama ketemu pun, Beliau tetep nemenin ngobrol cukup lama. Beliau ini ramaaah banget orangnya, jelasin tentang adat pun enak dan ngga bertele-tele. 

Koleksi kebaya, beskap, kain di sanggar ini pun buanyaaak banget. Segala warna ada dan disusun rapi. Waktu itu Bu Putri cerita, Beliau itu penggemar warna, jadi misalnya warna merah, Beliau harus punya semua gradasi merah. Kebaya-kebaya pengantinnya pun update terus. Contohnya, kebaya yang nanti mau saya pakai itu baru dibuat tahun 2014 kemarin. Bahkan dari pihak sanggar pun selalu bilang, misalnya ada kebaya baru lagi yang warnanya mirip sama yang saya mau, saya akan dihubungin untuk fitting. Jadi, pelanggan selalu berkesempatan pake kebaya yang paling bagus dan baru. Kalau mau bikin kebaya pun bisa, kita tinggal cari dan beli bahannya, nanti diskusi modelnya sama pihak Bu Putri, trus nanti dijahitin ke penjahit rekanannya Bu Putri. Biayanya sekitar 5juta-an kalau ngga salah. Tapi kalau saya sih kebaya resepsi nyewa aja. Kebaya akad baru jahit baru, nanti beskap untuk Aul dicariin sama sanggarnya. Beskap pengantin pria untuk akad ngga termasuk paket dari Puspita Sawargi, jadi kami kena charge 500 ribu ajah :) 

Sedikit sneak peak koleksi Sanggar Rias Putri. 



Ke belakangnya masih banyak lagi. Jadi bagian atas itu kebaya wanita, bawahnya beskap laki-lakinya. Luarrrr biasa pokoknya koleksinya. Ada ruangan kecil lagi di dalem, isinya lemari-lemari kaca penuh dengan koleksi baju lagi. Kalau ditotal, ada ribuan koleksi perlengkapan pengantin dan baju adat di sana. One word: amazing

Setelah ngobrol-ngobrol, kami dialihkan ke asisten utama Bu Putri, namanya Mas Dalung. Mas Dalung ini orang Sunda tapi udah khatam adat Jawa dll, dan udah jadi asisten Bu Putri selama belasan tahun. Karena kami udah sreg sama Bu Putri, kami pun mau pakai jasa sanggar ini juga untuk siraman dan midodareni nanti. Nah, make-up dan perlengkapan siraman sama midodareni ngga termasuk paket dari Puspita Sawargi. Jadi, kami bayar DP untuk dua acara tersebut langsung ke Mas Dalung. 

Untuk acara siraman, sanggar ini menyediakan gebyok, kendi, perlengkapan buat jualan cendol, kembang-kembangnya dan kawan-kawan. Pokoknya semua kecuali cendol sama air siraman hehehe. Untuk MC, kami dikasih saran untuk menghubungi Bu Cahyo. Bu Cahyo ini juga rekanan MC Puspita Sawargi. Puspita Sawargi-nya pun bisa jadi rekanan sama Bu Cahyo lewat Bu Putri. Maklum lah ya, Bu Putri udah berkecimpung di dunia pernikahan jauuuh sebelum ada catering jaman sekarang. Jadi nanti mulai dari pengajian, siraman, midodareni kami bayar tersendiri ke Bu Cahyo langsung, karena paket MC cuma untuk akad dan resepsi. Bahkan, nanti acara adat panggih setelah akad (yang termasuk prosesi suami nginjek telor-nya terus istri nyuci kakinya itu loh) ngga termasuk paket dari Puspita Sawargi, jadi kami bayar biaya tambahan lagi ke Bu Cahyo. 

Masalah kebaya seragam untuk panitia, paket dari Puspita Sawargi menyediakan untuk beskap+kain bapak-bapaknya pengantin dan hanya kain untuk ibu-ibunya pengantin. Selain itu juga empat kebaya+kain untuk 4 orang penerima tamu dan seragam untuk 6 pasang pagar ayu dan pagar bagus. Kami ngga pakai pagar ayu dan pagar bagus. Jadi mungkin akan kami pakai untuk among tamu. Among tamu kami tapi lebih dari 6 pasang, jadi selebihnya kami bayar ke sanggar Bu Putri. Ngga cuma itu, keluarga inti yang nantinya ngiringin di belakang pengantin pas resepsi dimulai pun akan banyak. Jadi untuk sewa beskap dan kainnya akan ada biaya tambahan lagi dari Bu Putri. Kalau untuk seragam kebaya keluarga yang perempuan, mulai dari keluarga inti, sepupu, sampe among tamu, kami beliin bahan, jadi tinggal sewa kainnya aja. 

I think I've explained enough for now. Sebenernya progress-nya udah lumayan banyak, termasuk fitting baju untuk resepsi yang tadi saya ceritain. Seragam pun udah lengkap semua. Undangan udah mau mulai dipesan minggu ini. Walaupun begitu, masih banyak juga yang harus dikerjain sih hehehe. Tapi detail lengkapnya di post-post selanjutnya aja ya :) 

See you

PS: Bagi temen-temen yang tertarik untuk menggunakan jasa Sanggar Rias Putri, bisa namu langsung ke website-nya di http://www.sanggarriasputri.com/.  Hasil make-up beberapa klien juga bisa dilihat di sana. Nomor HP yang tercantum di website adalah nomor HP Bu Putri sendiri :)

Friday, 6 March 2015

Puspita Sawargi Wedding & Catering Service dan Rekanan Gedung Pewayangan Kautaman TMII

Akhirnya saya sempet nulis tentang rekanan gedung Pewayangan Kautaman TMII, karena saya baru sempet scan daftar rekanan dan teman-temannya :) 

Di beberapa post saya sebelum ini, saya udah ceritain mendetail tentang gedung Pewayangan plus daftar harga pada waktu saya booking. FYI, waktu saya booking, bu Sri Subiyanti (marketing Pewayangan) bilang kalau DP di tahun 2015 mungkin harganya udah beda. Jadi temen-temen yang tertarik boleh kontak langsung bu Sri yang detailnya ada di sini

Untuk urusan rekanan, menurut saya Pewayangan menyediakan pilihan yang sangat bagus. Bisa dilihat di sini. 


Oh iya, untuk yang mungkin belum tau, kalau kita nikah di gedung yang punya rekanan sendiri, ngga berarti kita wajib pilih jasa rekanan. Boleh aja pake vendor dari luar, misalnya punya kerabat atau temen yang bisa bantu. Bedanya, kita akan dikenakan biaya tambahan lagi. Tapi, khusus Pewayangan, untuk catering wajib pilih dari rekanan yang ada. Sisanya, boleh aja pakai jasa dari luar. Daftar biaya tambahan juga bisa di lihat di post saya sebelumnya.

Inget ngga saya pernah cerita, waktu dateng ke Pewayangan, setelah bayar DP, kami dikasih katalog yang isinya daftar rekanan? Nah gambar yang di atas ini daftar isi katalog itu, tiap halaman isinya alamat lengkap dan nomor telepon masing-masing rekanan. Kebayang kan katalog-nya lumayan tebel. Tapi kali ini yang akan saya bahas cuma rekanan Pewayangan yang kami pilih, which is Puspita Sawargi



Ada beberapa alasan kenapa kami pilih Puspita Sawargi. Pertama, mereka menawarkan berbagai jasa, termasuk dekorasi, dokumentasi, perias bahkan entertaiment dan MC. Judulnya aja "wedding & catering service", jadi ngga hanya ngurusin makanan aja. Otomatis kami ngga perlu terlalu ribet wara-wiri cari yang lainnya. 

Kedua, pengalaman dateng ke pernikahan orang yang pakai jasa Puspita Sawargi, makanannya enak-enak dan berlimpah. Bahkan kakaknya Aul pun waktu nikah pakai Puspita Sawargi juga dan makanannya wuenak plus banyak. 

Ketiga, mulai dari owner-nya (Ibu Ir. Lynda Permatasari) dan marketing-nya semuanya super ramah dan enak banget diajak diskusi. Mereka juga selalu siap ditanya-tanya. Kebetulan marketing yang ngehandle kami namanya Mba Yuli dan orangnya kocak banget. Yang paling penting, semuanya bisa banget diajak negosiasi. Mulai dari masalah harga, atau misalnya minta dilebihin ini itu, tambahan ini itu, bisa banget.

Keempat, paket yang ditawarkan menurut saya juga cukup bervariasi, isinya bisa diganti-ganti sesuai permintaan dan kesepakatan antara kita dengan mereka. Untuk menu makanan, saya pun sempet diskusi sendiri sama Mba Yuli untuk nuker-nuker menu, nyokap juga diskusi sama Tante Lynda. Mereka bahkan kasih saran kalau misalnya menurut mereka menu yang kita minta tuh terlalu umum, atau udah ngga ngetrend (baru tau prasmanan di resepsi pernikahan ada trend-nya hehehe). 

Ini dia paket-paket dan daftar menu gubuk yang ditawarkan Puspita Sawargi. 



Nah, kalau ini pilihan menu-nya. 


Menggiurkan bukan? Pilihannya banyak dan seperti yang udah saya bilang, mau tuker ini itu? Mau ganti menu bonus? Mau ngurangin yang satu supaya bisa banyakin yang lain? Bisa banget. Tinggal nego sama Tante Lynda langsung atau ke marketing yang ngebantu kita :) 

Selain, urusan makanan, Puspita Sawargi juga memberikan layanan perias dan dekor. Untuk dekor, mereka punya resource tersendiri. Saya sama Aul udah diskusi sama Mba Yuli tentang dekor. Waktu kami datang ke sana, kami dikasih beberapa katalog untuk milih beberapa aspek dekorasi. Setiap aspek punya katalognya tersendiri. 
1. Desain gebyok alias backdrop di pelaminan karena kami Insya Allah pake adat Solo. So far, kami pilih gebyok warna coklat kayu klasik, biar lebih otentik lah ceritanya hehehe.
2. Aksesoris di pelaminan. Insya Allah nanti kami mau pakai gunungan di kedua ujung pelaminan. Gedung Pewayangan itu lebar banget, jadi kalau pelaminannya terlalu sepi ngga bagus juga. Tapiii kami ngga suka yang ribet jadi ya ngga sampai semua aksesoris dipajang.
3. Gapura di pintu masuk tempat resepsi. Bisa pakai hanging flower, atau full kain, atau kombinasi semuanya. Kami mau yang simple tapi elegan aja. 
4. Lampu dan standing flower di sisi karpet.
5. Warna kain penutup meja prasmanan. Nah, kalau ini akan disesuaikan sama baju pengantin pas resepsi. Biar nuansanya nyatu, tapi ngga sama persis. Ngga mau kan tamu ngga bisa bedain mana pengantin mana taplak :) 
6. Backdrop panggung untuk band. Sesuai saran dari Mba Yuli, lebih cocok kalau backdrop-nya disesuaiin sama gebyok di pelaminan. Jadi kayak gebyok versi mini. Kami setuju banget, biar sesuai sama keseluruhan theme-nya juga. 
7. Pembatas sisi karpet dari meja penerima tamu sampai area resepsi. Tadinya, saya sempat mau minta area itu full ditutup kain, biar kayak ruangan tersendiri. Tapiiii Aul ngga setuju dan atas dasar saran dari Mba Yuli juga, kalau ditutup full akan panas. Jadi kami akhirnya mau pakai fake plant yang tinggi. Jadi karpet tetap ada pembatasnya, tapi ngga pengap. 

Kami sempat juga diskusi tentang photobooth. Kalau mau tambah photobooth, akan kena charge beberapa juta. Sampai sekarang kami masih diskusi perlu ngga kami pakai photobooth. Untuk entertainment, kami pun dikasih pilihan dua band yang kerjasama sama Puspita Sawargi. Kami disuruh lihat penampilan mereka di YouTube aja. Sampai sekarang kami juga belum milih band.

Puspita Sawargi juga punya rekanan perias dan dokumentasi sendiri. Oh iya, FYI lagi. Kalau tadi saya bilang misalnya kita pakai jasa selain rekanan gedung akan kena charge. Untungnya, kalau kita pakai jasa vendor selain yang ada di daftar rekanan gedung TAPI yang rekanan salah satu rekanan gedung, kita ngga kena charge :) 

Contohnya, kami pakai jasa dekor Puspita Sawargi yang ngga ada di list rekanan Pewayangan. Perias, dokumentasi, band juga kami pakai rekanan Puspita Sawargi. Jadi dari sisi Pewayangan-nya, kami pokoknya pakai jasanya Puspita Sawargi aja. Ngga ribet kan?! :) 

Mudah-mudahan ke depannya selancar yang udah terlewati sekarang ya. Aammiin. 

Saya akan posting tentang perias yang kami pilih lebih detail nanti ya. 

See you!

Book Review: "Tell Me Your Dreams" by Sidney Sheldon

Buku. Mau novel, atau komik, bahkan beberapa literatur kuliah (yup, believe it or not) adalah salah satu hal yang masuk dalam daftar things I can't live without versi saya. 

Awal ketertarikan sama buku bagi saya banyak penyebabnya. Pertama, genetik. Mama saya itu sampai sekarang suka banget baca buku. Bahkan ketujuh seri Harry Potter pun duluan mama yang "namat'-in sebelum saya. Kedua, faktor kebiasaan. Yang membiasakan ngga lain dan ngga bukan ya nyokap. Dari kecil, saya udah dibiasain baca buku cerita yang tergolong pendek, paling sekitar 20 halaman. Mulai saya SMP, nyokap mulai ngasih saya novel-novel kesukannya dan mulai beliin saya novel. Dan Alhamdulillah karena faktor genetik tadi, saya pun tertarik banget. Dan kebiasaan, ketertarikan, addiction saya dalam membaca, terutama novel masih kebawa sampai sekarang. 

Dari sekian banyak genre novel yang saya baca, yang paling saya suka (dan cenderung saya cari) adalah yang bergenre thriller, crime, atau yang ngangkat tema psikologis. Yang suka baca novel pasti udah kebayang deh novel kesukaan saya apa aja. Menurut saya, seru aja kalau karakter di novel itu diceritain sebagai sosok yang psychologically complex karena biasanya jalan ceritanya menegangkan. I love my adrenaline rush......from reading hehehe.

Salah satu all-time favourite saya adalah novel berjudul "Tell Me Your Dreams" karya Sidney Sheldon. Sidney Sheldon adalah pengarang favorit saya karena semua karyanya cenderung bertema psychological thriller.

Harap maklum kalau kondisinya udah agak belel, umurnya udah 10 tahun lebih :)

Novel ini menceritakan tiga wanita cantik: Ashley Patterson, Toni Prescott & Alette Peters yang masing-masing jadi tersangka pembunuhan sadis terhadap pria-pria yang berbeda. Ketiga wanita tersebut punya karakter dan sifat yang saling bertolak belakang satu sama lainnya. Ashley cenderung paranoid dan gampang cemas. Toni adalah tipe wanita yang bold, fearless, liar dan mudah berbuat seenaknya. Sedangkan Alette berjiwa artistik dan pemalu. Uniknya, mereka bekerja di perusahaan yang sama dan mereka cenderung tidak memiliki kecocokan satu sama lain. 

Seiring berjalannya cerita, pembaca diberi gambaran secara mendetail tentang rumitnya proses persidangan kasus-kasus tersebut. Klimaks dari cerita terletak pada bagian saat fakta mengenai tersangka mulai terungkap selama persidangan. Masa lalu tersangka yang kelam, hubungannya dengan kaum pria di masa lalu yang berakhir buruk, trauma akibat abuse yang dialaminya di masa kanak-kanak dan kondisi psikologis yang tidak stabil digambarkan secara jelas namun dengan bahasa yang sangat mudah dimengerti. Argumen dari psikiater yang menyatakan bahwa tersangka memiliki gangguan psikologis yang umumnya tidak dapat digunakan sebagai argumen pembelaan bagi tersangka pembunuhan juga diceritakan secara mendetail. Psychological disorder adalah main theme dari novel ini. Dalam novel ini, diceritakan pula hubungan yang kompleks antara tersangka dan pengacaranya. Seiring berjalannya cerita, pembaca juga bisa lihat alur proses berpikir tersangka yang sangat dipengaruhi kondisi psikologisnya. Novel ini diceritakan dari 3rd person's point of view.

Bagi penggemar novel yang mengangkat tema psikologis, novel ini HIGHLY RECOMMENDED. Psychological disorder yang jadi tema utama dijelaskan dengan bahasa yang sangat mudah sehingga pembaca yang tidak familiar dengan tema tersebut pun akan mudah memahami isi cerita. Satu lagi yang saya suka dari novel karangan Sidney Sheldon ini. Di bagian akhir novel, ada catatan pengarang yang isinya penjelasan dan fakta singkat plus data statistik mengenai psychological disorder yang diceritakan. Bahwa jenis gangguan psikologis jenis ini masih sulit dijadikan bahan pembelaan bagi tersangka kasus kejahatan, karena kebanyakan pengadilan ngga percaya bahwa seseorang bisa menderita gangguan itu yang membuat perbuatannya ngga bisa dipertanggungjawabkan.

This novel is one unforgettable novel for me. Salah satu yang membuat saya semakin tertarik dengan membaca dan yang membuat saya jadi penggemar genre thriller dan tema psikologis. Bahkan, mungkin novel ini juga yang menginspirasi saya mengambil jurusan Psikologi waktu kuliah. Definitely worth to read

Semoga review perdana saya ini menarik dan bisa membuat temen-temen tertarik untuk beli dan baca novel Tell Me Your Dreams ini. 

Allow me to pose with it! :)
See you soon!

Wednesday, 25 February 2015

Money-Saving with Your Better Half for Wedding and After

Selama hubungan saya dan Aul, kami sejak awal commit untuk serius sampai ke pernikahan dan seterusnya. Memasuki beberapa bulan pertama hubungan kami, kami sempet ngomongin tentang mulai menabung untuk pernikahan kami, untuk acara pernikahannya itu sendiri dan untuk kehidupan setelahnya. Tapi, sebenernya obrolan tentang itupun ngga pernah dalam kondisi yang serius banget, atau diniatin. Saya sih tipe orang yang percaya aja sama pasangan, dan walaupun pembicaraan tentang nabung cuma sekedarnya, saya percaya Aul bakal melakukan apa yang udah dia janjiin. Saya pun ngga pernah nanya, "kapan mau mulai nabung?" atau "mau nabung berapa?". Pembicaraan kami bener-bener cuma tentang: kami harus nabung bareng untuk pernikahan kami nanti. 

Beberapa minggu kemudian, saya masih inget tiba-tiba habis makan siang bareng, Aul ngajak saya ke ATM di 7Eleven deket kantor kami dulu. Saya kira dia cuma ambil uang aja kayak biasa. Ternyata, dia minta nomer rekening saya. Kebetulan saya punya satu rekening selain rekening gaji yang udah saya punya sejak kuliah. Di lokasi ATM yang (untungnya lagi) sepi itupun, kami baru bener-bener ngobrol secara kilat lagi tentang nabung untuk nikah. Di saat itu juga kami memutuskan untuk jadiin rekening sekunder saya itu sebagai rekening tabungan pernikahan kami. Jumlah yang ditabung per bulan berapa, ataupun frekuensi menabung kapan aja ngga kami omongin disitu (dan sampai saat ini pun kami ngga punya jadwal nabung atau target jumlah yang kami tabung). Ya pokoknya nabung. Aul pun saat itu langsung mentransfer sejumlah uang ke rekening saya. Sejak itu sampai sekarang, kami randomly nabung di rekening saya itu sampai akhirnya Alhamdulillah terkumpul cukup banyak. 

On that note, saya cuma berbagi hal-hal apa aja yang perlu dipertimbangkan bagi temen-temen dan pasangan yang lagi mencoba merencanakan bikin tabungan atau nabung untuk kebutuhan pernikahan.

1. Marriage as a mutual decision
Maksud saya disini, pastiin bahwa kamu dan pasangan kamu memang berencana untuk membawa hubungan kalian ke jenjang pernikahan. Jangan sampai ini hanya keinginan salah satu pihak aja. Mungkin kedengerannya cheesy banget. Tapi inget loh, yang namanya uang, sifatnya sensitif. Jangan sampai ada satu pihak yang terpaksa karena ngga enak nolak keinginan pasangannya. Bisa berbagai alasan, misalnya mungkin salah satu pihak belum yakin bakalan mau membawa hubungan ke pernikahan, atau mungkin hanya sekedar merasa dengan nabung bareng itu mereka malah terbebani karena harus komitmen menyisihkan sejumlah uang yang mungkin sebenernya mereka butuhin untuk keperluan sendiri. Nah alasan kedua yang membawa kita ke poin selanjutnya. 

2. Jumlah dan frekuensi menabung 
Kalau versi saya dan Aul, kami memang ngga pernah ngerasa perlu nentuin jumlah dan waktu nabung. Kapanpun Aul bisa nabung, dia akan nabung. Begitu juga saya, kapanpun saya bisa nabung, saya akan nabung. Tapi mungkin ada beberapa temen-temen dan pasangan yang memilih untuk nentuin jumlah dan waktu nabung dari awal. Misalnya, kalian sepakat tiap dua bulan sekali masing-masing nyisihin 500ribu untuk ditabung, atau setiap terkumpul 500ribu untuk ditabung baru nabung, atau tiap dua bulan sekali nabung berapapun jumlahnya. Semua tergantung kesepatakan berdua, dan pastiin jangan sampai ada yang terpaksa. Kan ini semua untuk nikah. Jangan sampai momen yang seharusnya jadi momen bahagia jadi rusak karena dalam prosesnya, salah satu pihak ngerasa ngga nyaman. 

3. Saving account 
Kalau saya dan Aul memilih untuk memakai rekening saya, banyak juga pasangan yang memilih untuk buka joint account atas nama sendiri dan pasangan. Kami sih ngga mau ribet, toh kebetulan punya rekening tabungan yang ngga pernah dikutak-katik. Kembali lagi, mau seperti apapun, harus kesepakatan bersama. 

4. Dinamika dalam rekening tabungan 
Maintenance rekening tabungan juga harus dibicarakan berdua. Misalnya, salah satu dari kalian butuh uang sampai harus ambil dari rekening tabungan nikah, salah satu akan keberatan ngga? Kalau kami, walaupun tabungan itu untuk kebutuhan kami bersama, tapi kami tetep bersikap logis dan kami masing-masing sadar uang yang ditransfer adalah uang pribadi. Kalau saya atau Aul butuh sesuatu dan harus withdraw sejumlah uang dari tabungan itu, kami ngga pernah saling keberatan. Toh kami memang belum nikah. Kalau sudah nikah nanti, lain ceritanya karena kebetulan kami berdua punya prinsip setelah nikah nanti rezeki dari manapun adalah rezeki bersama yang akan dimanfaatin untuk kehidupan kami berdua dan anak-anak kami nanti. Nah, kalau kamu dan pasangan kamu merasa ya namanya udah nabung jangan diutak-atik, ya jangan diutak-atik. Sekali lagi, yang penting sepakat. 

5. Terbuka 
Walaupun kami ngga pernah keberatan kalau salah satu ambil uang dari tabungan itu untuk keperluan pribadi, kami tetep saling mengingatkan kalau misalnya salah satu dari kami dirasa terlalu "boros" di saat itu. Untungnya kami selalu saling terbuka masalah uang yang diambil mau dipakai buat apa, dan kami saling terbuka kalau salah satu dari kami ikut ngasih pertimbangan apakah uang yang mau dibelanjakan itu emang sifatnya untuk hal penting atau kurang penting. Toh pada akhirnya uang yang ditabung kan tujuannya untuk dinikmati bersama. Penting banget bagi setiap pasangan untuk bisa terbuka ngungkapin pendapatnya. Lebih penting lagi untuk terbuka tentang kebutuhan masing-masing. Kalau kami, saking terbukanya, bahkan kadang kalau Aul tau saya lagi butuh sesuatu, dia pasti nawarin "mau ambil uang dari tabungan nikah ngga? kalo kurang, kamu ambil dari situ aja." Begitu juga sebaliknya. Terbuka itu enak ngga enak tapi hasil akhirnya pasti baik. 

Mungkin segitu aja kali ya, opini/saran/tips dari saya tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan bersama bagi temen-temen dan pasangan masing-masing yang lagi merencanakan pernikahan. Kunci utamanya sih bersikap fair aja. Jangan jadiin nabung itu beban dan jangan sampai subjek uang jadi masalah di hubungan kita. Kalau emang kita sayang pasangan kita unconditionally, pasti semua terasa ringan, apalagi kalau kedua belah pihak sepakat sepanjang perjalanan menabung itu. 

Semoga yang saya tulis di sini bisa membantu temen-temen ya. Saya bukan ahli atau gimana, cuma berbagi berdasarkan pengalaman aja. Saya ngga akan pernah nulis hal yang ngga saya tahu atau alamin sendiri, atau menyaksikan sendiri. 

See y'all soon!

Monday, 23 February 2015

3rd Anniversary & The Story of How I Met My Future Children's Future Father

Helloooo..

Sebelum posting tentang catering, dekor dan all things wedding-relatedI just wanna tell you that: 

Me and My Soon-To-Be Husband have just celebrated our 3rd Anniversary!

Yep! Tanggal Februari ini, Alhamdulillah saya dan Aul bisa menikmati perayaan 3 tahun kebersamaan kami. Dan ngga seperti tahun kemaren yang harus cuti, tahun ini Alhamdulillah banget pas tanggal merah, jadi bisa nabung cuti :) Dan walaupun ngga seperti tahun kemaren yang bisa jalan-jalan ke Taman Safari, berenang bareng (masih teringat ekspresinya pertama kali lihat saya pakai baju renang muslimah, which made me looked like lontong!), diakhiri dengan early dinner di Cimory, tahun ini dirayakan dengaaaaan: berburu sampel undangan di Pasar Tebet Barat (cerita menyusul ya..) 

Kali ini saya juga mau cerita awal pertama ketemu sampai akhirnya jadi pasangan kekasih (zzz..) dan akhirnya sampai sekarang Insya Allah mau jadi suami-istri :) 

Pertama kali ketemu Aul itu hari Senin di minggu kedua awal tahun. Kok saya bisa inget ya? Ngga lain dan ngga bukan adalah karena itu hari pertama saya kerja di kantor saya sekarang. Yak, bener sekali, saya ketemu sama Aul di kantor. Yang pertama kali saya inget, waktu itu saya datang kepagian (seperti biasa..), jadilah disuruh nunggu sama security nya di ruang tunggu. Ngga lama kemudian, datenglah sesosok laki-laki tinggi, (masih) kurus, pake sendal jepit, pake jaket Adidas merah hitam, pake headset, muka jutek, dan......dia lewat begitu saja. Mungkin karena saya waktu itu masih 10 kilo lebih ringan daripada sekarang kurus, jadi agak ngga terlihat. Ya kali... 

It was NOT love at first sight. Tapi bagi saya, it was attraction at first sight. (Siap-siap membaca ke-lebay-an saya). Selama berbulan-bulan saya single, saya berdoa dipertemukan sama sosok yang baik dan lain-lain (yang lumayan spesifik), bahkan saya sempet membayangkan layout (rumah kali...) fisik laki-laki yang saya mau kayak apa. Dan pertama liat Aul, kaget sendiri karena.............he's 99,9% looks like the man I dreamed about. Bukan muka ya, karena saya pun ngga pernah membayangkan muka orang kayak gimana. Jadi, jujur, pertama lihat Aul, saya langsung mikir, at least I can enjoy myself looking at this guy. Huehehehe gatel ya :)

Ngga lama kemudian, kayaknya habis naro tas, dia keluar lagi ke ruang tunggu mau menuju balkon yang merangkap pantry buat ngerokok. Pas dia lewat di depan gue, security langsung nyetop dia dan ngenalin dia ke saya. Kami cuma salaman biasa aja, trus dia ngeloyor deh buat ngerokok. Later that day, kami ngga banyak ngobrol, cuma sempet diledekin siang-siang sama salah satu rekan kerja yang, "Ul, tuh anak barunya. Katanya kemaren lihat di CV nya cantik." Tapi cuma sebatas itu dan si Aul nya pun datar-datar aja diledekin. Alhamdulillah sih, jadi ngga menambah perasaan awkward saya sebagai anak baru. Dan sorenya, Aul dengan juteknya ngasih kalender dan agenda buat pegawai di meja gue. Salah apa saya sama dia? -----' 

Hari ketiga, baru deh dia "modus" minjem charger BB dan numpang ngecharge di kolong meja sebelah saya yang kebetulan kosong. Tiba-tiba dia ngajak ngobrol, dan pertanyaan pertamanya, "Lo kelahiran tahun berapa?". Saya jawab dan ternyata ultah saya dan dia cuma beda sebulan. Setelah itu tukeran pin BB dan malemnya mulai deh BBMan biasa dan omongannya pun ngga menjurus ke hal-hal romantis atau apapun. 

Hari keempat, kebetulan saya ditugasin dinas ke antah berantah. Dan jam 3 pagi saya udah bangun buat ngejar pesawat yang super pagi juga. Tiba-tiba sekitar jam 4 pagi, dia BBM, "hari ini ikut dinas ya? Hati-hati ya dijalan. Kabarin kalo sempet." Dan reaksi saya langsung seneng sendiri. Hehehehe. Dan sepanjang perjalanan dinas saya, Aul selalu nemenin walaupun cuma via BBM, tapi amat sangat menyenangkan, apalagi karena saya satu-satunya perempuan di antara rekan kerja yang bapak-bapak, alias belom punya temen. BBMan sempet berhenti entah karena masalah sinyal atau gimana, tapi pas saya touch down Jakarta, dia langsung hubungin saya. 

Hari-hari berikutnya, interaksi kami makin intens. Tapiiiiiiiiiiiiiii.. Aul itu pemaluuu banget. Bukan in general ya, tapi karena emang dia ternyata punya perasaan khusus ke saya juga, jadinya malah awkward, dan keliatan beda dibanding kalo dia ngobrol sama orang lain. Kalo jealous pun ngga keliatan, tapi jadinya lebih diem DAN LEBIH JUTEK! Saya sering banget bertanya-tanya ini orang lagi mikir apa, lagi ngerasa gimana. 

Bahkan pernah sebuah silly story. Suatu pagi, saya dateng ke kantor dan di parkiran ketemu salah satu rekan kerja laki-laki (yang ternyata di masa kini menjadi arch-nemesis banyak orang). Ya otomatis saya dan si laki-laki itu barengan jalan sampai ke lantai tempat saya kerja dan ngobrol sepanjang jalan. Pas sampai di lantai saya, ternyata Aul udah nunggu di ruang tunggu dan karena dari semalemnya kami emang udah janjian mau sarapan bareng, ya saya dengan santainya langsung ngajakin turun dong setelah naro tas. Eh tiba-tiba dia malah bilang, "mau sholat dhuha dulu." Yaudah saya tungguin. Habis itu, kami pun sarapan sesuai rencana. Baru setelah beberapa minggu kemudian, setelah kami resmi pacaran, dia cerita kalau waktu itu dia sholat dhuha buat berdoa semoga saya ngga tertarik sama laki-laki lain itu. Huehehehehe sampai buru-buru sholat saking takutnyah :) 

Seiring berjalannya waktu, kami pun semakin deket. Saya pun sempet masakin dia lunch, dan dia pun mulai diem-diem bikinin teh atau kopi kalau dia lihat saya keliatan ngantuk atau bosen (habis bikinin kopi atau teh, dia biasanya BBM nyuruh saya nyusul ke pantry hehehe). 

Somehow, semua berjalan lancar. Walaupun saya sempet dibikin bingung sama sikapnya yang PEMALU banget ke saya. Sering kejadian gini: jam pulang kantor, kami turun ke lobby berdua, pas udah sampai parkiran, kami pun mencar gitu aja. Ngga ada tuh dadah-dadah atau bilang hati-hati dkk. Biasanya saya yang bengong memandang dia berjalan menjauh *lebay. Tapi beberapa DETIK setelah kami mencar, dia pasti ngomong dadah atau hati-hati lewat BBM. Sempet kesel dan bilang ke dia kalau mau ngomong langsung aja, jangan lewat BBM --' Lambat laun dia pun ngga malu-malu lagi. Lambat laun ya, lambat laun = lambat banget.

Oiya, kami berdua itu sifatnya BEDA banget, dan proses adaptasi antara kami berdua itu memakan waktu sekitar tahun pertama hubungan kami. Tapi saya menikmati segala prosesnya, walaupun membutuhkan waktu yang lama. Kalau kata Shania Twain, "We might have took the long way, we knew we'll get there someday" Hehehe.  

Akhirnya,H-1 sebelum resmi jadi pacar pun tiba. Seharian itu, Aul kode mulu. Tapi karena pembawaannya yang datar, saya ngga berani ge-er. Mulai dari nyuruh denger lagu "I Won't Let You Go"nya James Morrison, dan banyak kode-kode lain. Tepat tengah malem jam 12 teng, setelah percakapan panjang, akhirnya he said it. "Aku sayang kamu, beh." Dan saya ngga pake mikir alias shameless alias jadi perempuan kok ngga ada jaim-jaimnya, langsung jawab, "Aku juga sayang kamu, beh." Huehehehe ya mbok pura-pura mikir dulu ya kok langsung he-eh aja. (Fun Fact #3: saya dan Aul saling memanggil satu sama lain dengan kata "Bebeh", dan asal muasal nya itu ngga banget disengaja)

Setelah resmi bilang sayang-sayangan, dengan lugunya, ngga lama saya pake nanya, "kalau ada yang nanya ke kamu, aku itu siapa-nya kamu, kamu jawabnya apa?". Aul pun ngejawab, "ya pacar lah. you're my girl." Begitulah. Saya resmi jadi pacar laki-laki judes bernama Aul. And I'm so grateful to be his girl

Alhamdulillah, sampai sekarang kami masih going strong(er). Sifat kami yang berbeda, bahkan bisa dibilang berlawanan itulah yang justru memungkinkan semua berjalan sampai sekarang. Kalau diibaratkan puzzle pieces, kalau semua bentuknya sama, justru gambarnya ngga akan jadi. Kok saya jadi filsuf gini? (Yaudah lah ya.) Aul yang cenderung sabar, tenang, datar. Berbanding terbalik sama saya yang ngga sabar, heboh sendiri dan ekspresif. Semua saling melengkapi. Terlalu sabar ngga bagus juga, terlalu heboh juga ngerepotin. We know how to behave to make our better half a better person, and we trust each other to make ourselves better

Semoga perjalanan kami sampai pernikahan dan seterusnya selalu diridhai Allah SWT. Aammiin ya Rabbal Alamiin. 


See you guys on my next posts!

Monday, 16 February 2015

Gedung Pewayangan Kautaman TMII

Kali ini saya akan memenuhi janji untuk ngebahas tentang wedding venue saya dan Aul nanti, yaitu Gedung Pewayangan Kautaman TMII. 

Kenapa keluarga saya dan keluarga Aul memutuskan untuk melangsungkan acara pernikahan di Pewayangan? Pastinya banyak faktor. 
Mulai dari:
1. Budget (PALING UTAMA) 
2. Lokasi 
3. Daftar rekanan 
4. Luas area+tempat parkir (karena keluarga besar saya itu buanyak aja pake banget dan keluarga inti Aul bahkan juga udah buanyak)
5. Ada atau ngga nya tempat penginapan (hotel, inn, wisma atau apapun) di deket gedung, karena beberapa keluarga dari pihak Aul ada yang udah usia lanjut, dan akad Insya Allah rencananya pagi. Pengalaman waktu kakaknya nikah, alangkah mudahnya semua akomodasi karena keluarga yang usianya udah lanjut dan tempat tinggalnya jauh diinepin di hotel deket tempat pernikahan. 

Sekitar seminggu setelah lamaran, hunting gedung pun dimulai. Sebenernya pilihan pertama itu Gedung Kementerian Pertanian (Deptan). Selain karena tempatnya cukup luas dan masih on-budget, pengalaman ngadain pernikahan di situ so far so good. Mulai dari sepupu-sepupu, temen-temen, bahkan kakaknya Aul pun nikah di situ. Tapiiiiiii... Ternyata penuh sampai AKHIR 2015. Gilaaaaak! Padahal udah niat booking setahun sebelumnya dan ternyata ngga bisa. Sebenernya gedungnya cuma full-booked sampai pertengahan tahun. Tapi pertengahan tahun ini sampai akhir tahun, gedungnya mau direnovasi. Jadi, bagi temen-temen yang mau coba booking di Deptan, coba pastiin lagi kondisinya gimana. Waktu itu sih saya kontak Pak Hartono di nomor 0818 - 486 342. Silahkan dicoba yah, temen-temen :) 

Ok. Harus buat rencana ulang. Setelah itu, kami nyoba ke Kementerian Sosial. Waktu ngga ada masalah, budget juga wajar, eeeh tempatnya kurang strategis. Di sekitarnya ngga ada penginapan yang menurut kami layak. Habis itu, kami nyoba ke Granadi di Kuningan. Sayangnya, di sekitar situ walaupun penginapan banyak, tapi mahallll. Habis itu, kami sempet nyoba liat ke Menara 165. Begitu lihat price listnya, langsung basa-basi trus cabut. Ngga kuat meeeen. Buat kami, too expensive, too small. Harganya terlalu tinggi untuk venue yang kecil. 

Akhirnya, sampailah ke Gedung Pewayangan Kautaman TMII. Singkat cerita, dari semua faktor tadi, ini yang paling memenuhi. Dari budget, lokasi, luas venue dan tempat parkir, deket sama hotel, rekanannya bagus-bagus dan banyaaak. Ini nih sedikit penampakan brosurnya. 



Dan ini pricelist untuk sewa gedung sama daftar rekanan catering nya. 




Pertama kali ke Pewayangan, kami ketemu langsung sama marketing nya an. Bu Sri Subiyanti dan dikasih brosur tadi.


Langsung diajak lihat-lihat ke dalam gedung. Aula utamanya cukup untuk menampung sekitar 1.000 sampai 1.200 orang. Jadi itungan kasarnya, untuk 500 sampai 600, bahkan 700 undangan mah muat ya. Apalagi kan asumsinya kecil kemungkinan semua tamu bakal hadir di saat yang bersamaan (walaupun belum tentu, bisa aja di hari itu mereka memutuskan untuk synchronize waktu kedatangan di resepsi pernikahan kami hehehe). Kalau mau pakai area teater juga bisa, tapi (pastinya) ada biaya tambahan. Sejauh ini sih, sepertinya acara pernikahan kami nanti hanya membutuhkan aula utama. Kecuali kalo undangan nambah ya, yah mau ngga mau pake area teater. Kira-kira begini penampakannya. 


Di hari itu juga, kami langsung diskusi sama bu Sri tentang tanggal. At that point, sebenernya kami belom tahu mau tanggal berapa. Nah bu Sri beberapa pilihan tanggal. Setelah kami nentuin pilihan tanggal, baru sadar kalo tanggal itu bertepatan 1 tahun setelah lamaran. Bodoh sekali bukan. (Maklum lah berdua ngga ada yang romantis, tapi untungnya masih selalu inget anniversary hehehe). Setelah nentuin tanggal, kami dikasih waktu satu minggu untuk bayar DP, jadi beberapa hari setelah itu, kami balik lagi ke sana untuk ketemu bu Sri dan bayar DP. So yes, our wedding will be held on September 2015!!! Ngga ada tuh itung-itungan ala Jawa atau ala apapun, itung-itungannya ala kapan gedung available aja. Insya Allah akad nikah akan dimulai sekitar jam setengah delapan-an, dan resepsi akan berlangsung jam 11:00 sampai 14:00 WIB.

Setelah bayar DP, kami dikasih booklet (lebih kayak majalah sih karena gede) yang isinya daftar dan alamat lengkap rekanan mulai dari catering, dekorasi, perias, dokumentasi, band dan MC. Dalam waktu dekat, saya akan posting daftar rekanan gedung pewayangan dan  rekanan yang akhirnya kami pilih.

'Til then. See ya!